Seperlemparan batu dari tempatku berdiri ini, adalah bengkel tambal ban Las Marohanta. Kurasa, orang batak yang paling rajin di kota kecil ini adalah amaniMarsaulina. Jam empat subuh sudah buka dan tutupnya tak pernah dibawah jam dua belas. Tak habis pikir, berapa jam dia tidur?. Mungkin karena masih muda. Aku teringat masa empat puluh tahun lalu, Perumnas Mandala hingga ke Pasar Sambu masih bisa kujalani. Tetangga amaniMarsaulina sudah hapal betul kebiasaanya itu. Salah satunya adalah menghidupkan musik, hingga tetangga yang berjarak setengah kilo bisa mendengarnya. Dangdut Sunda, Pop, Barat, Lagu Batak, apa saja. Kadang aku tersenyum ketika melewatinya kudengar lagu batak.
Serasa di Perumnas Mandala, pikirku. Kadang, malam hari amaniMarsaulina mengunjungiku dengan papan caturnya. Dia seorang tetangga yang baik, dari umur, ia lebih cocok dipanggil anak. “Mangapian do iba diangka dongan na marama–saya cemburu lihat orang yang punya bapak” ujarnya. Benar. Umur dua bulan, dia sudah menjadi anak yatim. Kegetiran hidup di bonapasogitlah yang menghantarnya ke pelosok Jawa Barat ini.
Tak terasa sudah di depan bengkelnya. Kulihat amaniMarsaulina mulai membereskan alat kerjanya. Seperti biasa, dia menyapaku, “Oppung, na olah raga do?–Oppung, olah raga?” ujarnya setengah berteriak.
“Olo” jawabku singkat. Aku tertegun ketika mendengar lagu yang diputarnya. Jujur, belum pernah kudengar lagu ini. So marlapatan marende, margondang, marembas hamu, molo dung mate au. Uju dingolungkon ma nian, tupa baen na denggan.
“So jo, ai songon na tabo lagum di manogot on,–Sebentar, lagumu sungguh enak kudengar di pagi hari ini” ujarku
“Hona tu roham lagu i, Oppung?, Putri Silitonga itu, ima lagu Uju di Ngolungkon ma nian, –lagunya mengena di hatimu, Oppung?, penyanyinya Putri Silitonga, judulnya Uju di Ngolungkon ma nian”
cermin -refleksi-peringatan. Perkataan sayang terkadang bias dalam mengartikan,sayang lebih banyak kita artikan memiliki/kebendaan padahal sebenarnya rasa sayang itu sesuatu yg tak bisa disentuh/bukan kebendaan.kalau kita sayang kpd orang tua kita? apakah semua yang berkaitan dengan kebendaan yg harus kita perhatikan ? pernakah kita mau cari tau apa hal hal yang terkait dengan yang dirasakannya ? kesepian – rasa kasih sayang – rasa sungkan (terkait dgn kebutuhan materil sep.cuci baju-cuci kolor) rasa ingin memiliki dan dimiliki, pernah kah terbersit dalam pikiran kita sebagai anajk ? bisakah kita sebagai anak hadir dalam setiap ruang perasaan orang tua kita ?
**
kehidupan sekarang yg komplesk dengan dinamika materi dan dinamika tantangan phisikis banyak mempengaruhi tindakan kita. pengaruh ini berakibat tanpa kita sadari tercipta menjadi manusia yang keras – keras dalam memandang hidup. keras inilah yang merubah kita dalam memberikan pandangan terhadap setiap dimensi kehidupan yang ada disekitar kita. tanpa kita sadari perkataan kita menyakiti orang tua kita – terlebih lagi kita jadi tidak bisa menangkap apa arti dari perasaan. kehidupan keras menghilangkan sifat sifat perasaan yang ada dalam diri kita.
horas, selamat buat penulis – kiranya terus berkarya di http://www.gobatak.com
fr. Safrudin Siahaan (SMPS)
[…] ‘Batak Satu Abad Perjalanan Anak Bangsa’ menceritakan fase-fase kehidupan orang Batak sejak zaman prasejarah sampai dengan masa terkini. Juga dilengkapi foto-foto era tahun 1800 dan […]