Dua tahun yang lalu,Suzane Kohler,gadis bermata biru,berkulit putih dan hidung mancung,warga negara Jerman pernah menghiasi relung hatiku,ketika kami sama-sama bekerja di Perusahaan yang sama,ketika itu dia ditugaskan dari Kantor Pusat,sebagai tenaga analisis,sebuah Corporation eksplorasi Minyak yang berbasis di Texas,Amerika Serikat.
Kisah awal percintaanku dengan suzane tergolong unik,kisah dua sejoli yang dipersatukan oleh cinta walau berbeda negara,bahasa,suku,budaya kulture masing-masing,namun kekuatan cinta dapat menembus sekat-sekat pembatas atas semua perbedaan itu.seperti judul lagu yang dilantunkan oleh penyanyi kesohor Celine Dion
“The Power Of Love”
kekuatan cinta mampu mengalahkan segalanya.
Kisah perjalanan cinta kami hanya berumur satu tahun,terhitung sejak suzane ditarik kembali ke Kantor pusat,walau ketika itu dia tetap berusaha membujuk ku agar ikut bersamanya ke AS,bahkan merencanakan untuk hidup bersama disana.aku menolak tawaran itu dengan halus,buatku tidak ada status hidup bersama tanpa ikatan pernikahan yang sah,sebagaimana kebiasaan itu suatu hal yang lumrah bagi warga negara AS dan Eropa pada umumnya,bahkan walaupun suzane yang kala itu berpenghasilan hampir 3x lipat dari penghasilanku per bulan nya dan mendapat previlese lainya dari perusahaan,tak membuatku tergiur bagiku mengikuti suzana ke AS,itu berarti aku siap kehilangan jati diriku sebagai orang Batak,bahkan bisa kehilangan keluarga,terutama Inong.(walaupun kesimpulanku ini tak punya dasar yang kuat)yang selama ini kubangga-banggakan kepada-nya tiap kali kami ngobrol santai atau jika sedang terlibat diskusi serius,kala topik pembahasan kami mengenai budaya dan culture masing-masing.
Suatu ketika misalnya,saat kami berdebat dan beda pendapat tentang Tentara Nazi yang saat itu dipimpin oleh sang diktator Adolf Hitler,yang memusnakan keturunan Bangsa Yahudi dari muka bumi ini.
Sebagai seorang yang mengaku pengagum Nelson Mandela dari Afika selatan dan Mahatma Ghandi dari India ini,dia juga menunjukkan sikap kritis dan tegasnya atas kekejaman masalalu yang dilakukan oleh sang diktator Adolf Hitler pada masa itu,sebagaimana pendapat para kaum muda terdidik Jerman,bagi mereka,sebuah tindakan kejahatan kemanusiaan masa lalu tetaplah kejahatan,tak ada toleransi atau bahkan pembelaan,walaupun bagi sebagian warga Jerman,masih ada yang menganggap sosok Adolf Hitler sebagai Pahlawan yang layak dipuja atau bahkan mengkultuskan sang”Fuhrer”itu.
Dengan kemampuanya mengurai satu peristiwa sejarah secara detil,dalam penyampainya suzane juga berusaha menyajikan penjelasan lebih konkrit,yang selama ini tak diketahui oleh umum,termasuk mengenai Bangsa aria,tentara Nazi dan relevansinya terhadap kasus”Holocaust”bagi bangsa Yahudi maupun saat gejolak Perang Dunia ke-dua diseluruh daratan Eropa.
Pengetahuanya yang cukup mumpuni wawasan yang luas menjadikan Suzana seorang Intelektual muda cantik dan berbakat,setidaknya itu menurut penilaianku secara pribadi.
Argumen-nya selalu diperkuat satu sumber,sebagai rujukan untuk menguatkan fakta-fakta yang memiliki dasar yang kuat dan otentik,hal itu dia gunakan untuk membangun konstruksi argumen-nya tiap kali kami berdiskusi.
Pemahaman Suzana yang Luwes juga kian mempengaruhi cara berpikirku terhadap satu masalah dari sudut perspektif yang berbeda,latar belakang-nya sebagai Analisis juga turut mempengaruhi cara berpikirnya,yang menurutku rada konservatif.dia juga seorang yang kristis saat membahas hal-hal krusial dan termasuk juga isu-isu terkini.
Namun sekali lagi,kisah perjalanan cintaku dengan Suzana harus berahir di Negeri orang,dia sangat menghargai pribadi orang lain,termasuk prinsip yang kuanut,demikian juga denganku,aku harus menghargai setiap perbedaan kami.
Kepulangan-nya kembali ke Jerman praktis menutup semua lembaran kisah cinta pragmatis yang selama satu tahun kami jalani.walau sesekali kami masih saling komunikasi via email atau media skpy.hingga ahirnya hubungan komunikasi kami benar-benar terputus setelah kutau dia menikah dengan lelaki sesama warga negara Jerman.


Ai dia do, tanggung nai cerpenon bah…
[…] menikah sebab sudah layak untuk berumah tangga. Namun si Anak perempuan tersebut tidak kunjung berjodoh. Anaknya baik, namun setiap laki-laki yang datang menghapirinya selalu gagal memasuki jenjang […]
[…] Baca juga: Cerpen Boru Ni Tulang […]