Cerpen: Boru ni Tulang

3

“Rikkot do ho amang tu Tulang mi?”

Aku diam sejenak sembari mencoba memahami maksud ucapan Inong.

“Alana rikkot jala holong do roha ni tulang mi marnida ho,jala rikkot do si Bintang maradophon au saleleng on amang.”kata inong melanjutkan.

Sorot mataku menatap dalam ke arah inong,mencoba mengartikan ucapan yang baru saja dikatakan-nya tentang si Bintang
Inong melanjutkan,jauh hari sebelumnya mereka sudah membicarakan semua tentang rencana ini,sambil menunggu kedatanganku nantinya,walaupun kepulanganku kian tak pasti,terlebih 5 tahun terahir,saat Inong tak Menyetujui Hubungan ku dengan Suzane,warga Negara Jerman yang pernah kuceritakan kepadanya,kala itu inong sempat meradang karena tak ada sedikit pun terlintas dalam pikiran-nya memiliki menantu/parumaen seorang “Bule”.

“Jangan kau harap aku setuju..!!”

kata inong kepadaku diujung pembicaraan kami melalui telepon ketika itu dengan nada ketus.
ditambah lagi tak satu pun diantara kami anak lelaki inong yang menikah ke pariban-nya,(marboru tulang)maka ada niat Tulang dan inong untuk tetap mengikat hubungan pertalian saudara antara Inong dan pihak tulang,dengan cara seperti ini.
Dan diahir pembicaraanku dengan inong malam itu,dia mengatakan”keputusan semua di tangan mu amang dan inong tak pernah memaksakan.”
Sebelum beranjak tidur,aku mencoba membayangkan seperti apa sosok dan wajah si Bintang yang tak pernah lagi kulihat selama 15 tahun,yang kini umurnya pasti kian bertamabah,bagaimana mungkin kami bisa saling menerima sementara kami belum saling mengenal pribadi masing-masing?bukahkah ini keputusan yang terlalu terburu-buru jika kami harus dijodohkan oleh karena atas kehendak kedua orang tua,bukan karena dasar cinta dan saling menyayangi satu sama lain?namun apa pun itu aku akan coba,dan yang paling penting,aku berharap tidak mengecawakan inong serta tulang,pikirku masih diliputi keragu-raguan.
Sabtu sekitar pukul sebelas siang,aku sengaja berangkat ke suatu tempat dimana ketika masih sekolah tempat ini sering kami kunjungi bersam kawan sebaya kala itu,tak ada yang berubah dengan tempat ini,dan selalu menghadirkan suasana damai dan romantis,lokasinya berada diketinggian,udaranya masih tetap dingin seperti dulu,dengan pemandangan menghadap langsung ke Danau Toba,turut menambah suasana eksotis
Dolok Simarjarunjung.!!
Sore kian ramai di Simarjarungjung,oleh para kaum muda/mudi untuk sekedar menghabiskan malam minggu bersama pasangan-nya masing-masing.
Tubuhku kusenderkan dibawah pohon rindang,semilir angin yang berhembus kencang menembus dahan pohon pinus itu,bersuit saling bersahutan,pandangan mataku tertuju kearah hamparan Danau Toba yang memesona itu,sesekali tanganku sibuk mengutak atik Gadget untuk mengurangi rasa bosan yang mulai mendera.

1
2
3
4
5
6
7
8
Previous articleCerpen: Kutunggu Kau di Sidikalang
Next articleCerpen: Kasih tak Sampai Dari Afdeling

3 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.