BATAK KU SAYANG, BATAK KU MALANG… (2) Musnahkan Ulos!!!

2

Jangan mengaku Batak, kalau belum pernah menyentuh ulos. Jangan mengaku Batak kalau tidak menghargai ulos. Artikel kali ini mengangkat kembali penyakit lama yang barangkali semua orang tahu. Atau barangkali Anda adalah salah satu dari mereka yang mengenakan “ANTI ULOS” di keningnya. Ulos, sebagai salah satu hasil peradaban Batak sejak zaman dahulu, lebih tepatnya disebut sebagai mahakarya Batak, ditemukan seiring dengan hadirnya alat tenun dari negeri Tamil.

Pada dasarnya, ulos ini berarti ‘selimut’. Selimut, yang dipercaya sebagai penghangat, melengkapi 3 konsep tentang sumber kehangatan menurut Batak, yaitu matahari, api dan ulos. Secara kosmologi, sebagaimana yang Gobatak kutip dari Batak itu Keren, ulos adalah lambang cinta dan pengayoman. Hal ini dapat kita lihat dengan jelas dari segi ‘peraturan’ penyerahan ulos.

 

Orang Batak tempo dulu menjadikan ulos sebagai simbol status sosial. Menilik jenis ulos yang dipakai, kita bisa mengetahui dengan mudah apa dan siapa seseorang itu dalam lapisan masyarakat. Selain itu, ulos mengandung makna filosofi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Bila dipakai oleh laki-laki, ulos dipercaya membawa dampak terhadap kepribadian pemakai, menempa sang pemakai menjadi pribadi yang keras, berjiwa jantan dan kepahlawanan. Sementara bagi wanita, dipercaya menempanya menjadi wanita yang memiliki ketahanan baik bagi tubuh, maupun psikologinya.

 

Selain itu, ulos juga dianggap sebagai jimat yang bisa melindungi jiwa dan raga dari roh jahat. Sebagaimana yang Gobatak kutip dari Catatan Pena, ulos dikatakan sebagai Tondi terhadap roh jahat. Kain ini dianggap keramat dan memiliki kekuatan tersendiri dalam memerangi roh jahat. Hal inilah yang menyebabkan ulos dianggap memiliki unsur animisme, yang berujung pada pembakaran ulos oleh sekte tertentu dalam masyarakat Batak, dengan alasan bertentangan dengan ajaran agama.

 

Sementara, hal yang harus disadari adalah bahwasanya ulos adalah lambang cinta, bukan malah lambang mistik dan alat santet. Ulos jauh dari fungsi ‘murahan’ sebagai alat santet, maka, tidak sepantasnya ulos dicap menentang agama. Tidak sepantasnya ulos dimusnahkan. Adalah hal yang mempermalukan bila ulos disamakan dengan perilaku animisme.

 

“Ijuk pangihot ni hodong, Ulos pangihot ni holong”

 

Previous articleSejarah Kemenyan Difilmkan
Next articleReuni bersama teman-teman Batak di EROPA.

2 COMMENTS

  1. orang Batak saat ini udah makin banyak nga menghargai budayanya sendiri, mungkin beberapa waktu ke depan orang malasya akan mengklaim bahwa ulos adalah sebagai warisan nenek moyang mereka dan kemungkinan sebagian orang Batak akan bersuka cita karna menganggap ulos itu nga penting dan berhala, kasian anak cucu kita Batak nantinya ( Bangsa yg besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya )

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.