Film yang menggambarkan sejarah kemenyan di tanah Batak, kini sedang dikerjakan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) sebagai dokumentasi tentang pembudidayaan komoditas tersebut sejak puluhan tahun silam di Tapanuli, Sumatera Utara.
“Proses pembuatan film dokumenter bertajuk sejarah perkembangan haminjon (kemenyan) itu, diharapkan menjadi salah satu media untuk mempertahankan kearifan lokal masyarakat Batak dalam melestarikan lingkungan,” demikian ungkap Ketua AMAN Tano Batak, Roganda Simanjuntak di Doloksanggul, melalui waspada (10/9/2012).
Penggarapan film tersebut saat ini sudah hampir rampung karena proses produksinya telah mencapai 90 persen dengan lokasi pengambilan gambar sebagian besar di kawasan Pollung dan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan.
Menurutnya, tujuan lain dari pembuatan film yang mengisahkan tanaman purba di tanah leluhur etnis Batak itu, sekaligus untuk mengingatkan masyarakat, khususnya generasi muda, agar senantiasa melestarikan budaya pengelolaan alam, karena akan sangat berguna bagi kepentingan kelangsungan kehidupan.
Roganda mengatakan bahwa film berdurasi sekitar 30 menit tersebut digarap bersama tim kreatif AMAN Tano Batak beserta masyarakat adat pengelola kemenyan di Kabupaten Humbang Hasundutan. Film dokumenter, yang biaya produksi pembuatannya berasal dari swadaya masyarakat, ini diharapkan menjadi cerita rakyat yang merupakan warisan masyarakat adat petani kemenyan yang bisa bermanfaat.
Sebab saat ini, kata Roganda, sudah banyak kebiasaan lama tentang teknik budidaya tanaman “haminjon” yang telah terkikis oleh kemajuan jaman seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, terkait dengan kepentingan berbagai industri yang kurang bijak dalam pengelolaan ekosistem.
Padahal, lanjutnya, cukup banyak nilai budaya tentang teknik bercocok tanam dari komoditi bernilai ekonomis tinggi tersebut, yang patut dipertahankan sebagai tradisi atau kebiasaan masa lalu yang dapat dijadikan pembelajaran berharga bagi para generasi penerus. Dan untuk itu film ini akan mengangkat sisi lain di balik kearifan lokal dalam mengambil hasil produksi kemenyan termasuk ritual khusus yang merupakan pesan atau amanah dalam menjaga lingkungan di sekitarnya, demikian jelas Roganda.