Liburan saya kali ini sangat berbeda dengan tahun–tahun sebelumnya, selain ingin rileks sejenak bersama keluarga. Juga saya mempunyai misi untuk mengunjungungi sahabat-sahabat lama yang telah sekian tahun tidak bertemu. Dan paling terutama ingin mengunjungi keluarga namboru yang baru saya temukan tiga tahun berselang di tanah perantauan ini.
Lebih kurang 18 tahun saya merantau di negeri Eropah ini, tepatnya Inggris sering datang kerinduan melanda untuk bertemu dengan sesama suku Batak. Walau pun saya mempunyai banyak teman baru dan keluarga baru di sini tapi saya masih sering merasa kesepian, mungkin oleh karena perbedaan budaya dan bahasa yang jauh berbeda. Apalagi di daerah dimana saya tinggal, pedesaan kecil di Inggris Utara sekitar 40 km dari kota Manchester tepatnya Chapel-en-le-frith. Jangankan orang Batak, suku lain yang berasal dari Indonesia tidak ada satupun yang saya jumpai atau kenal di sini.
Sekitar tiga tahun yang lalu tanpa sengaja saya menemukan situs nya halak hita GoBatak.com. Kemudian saya bergabung dan berkenalan dengan beberapa pengunjung yang ada di situs tersebut. Saya begitu senang sekali selain saya juga dapat mendengarkan lagu-lagu Batak, juga dapat mengikuti perkembangan Batak musik beserta dengan berita-beritanya yang terbaru di tanah Batak. Harap pembaca maklumi setelah puluhan tahun menetap di sini saya tidak pernah mengikuti perkembangan berita di tanah Batak. Walau pun kadang saya pulang ke tanah air paling lama hanya 5 minggu, berhubung dengan tugas-tugas yang sangat menumpuk di sini. Jadi pengetahuan saya dengan musik Batak terbaru sangat minim. Apalagi setelah begitu lama tinggal diperantauan ini kecintaan saya akan lagu-lagu Batak semakin dalam.
Singkat cerita, di situs tersebut kemudian saya berkenalan dengan namboru Diana Jacob boru Pakpahan. Dapat pembaca bayangkan setelah lebih kurang 18 tahun saya merantau di benua dingin ini, baru kali ini saya berkenalan dengan boru Pakpahan, walaupun kami berasal satu kota di tanah air tapi kami belum pernah berkenalan sebelumnya. Betapa gembiranya hatiku walau pun beliau tinggalnya cukup jauh di negeri seberang Belanda tepatnya kota Weert berbatasan dengan Belgia .
Buat kita suku Batak sangat penting sekali dimanapun kita berada untuk mencari atau berkenalan dengan sesama marga kita atau dalam istilah adat Batak ‘Martarombo’ Ternyata beliau sudah lama tinggal menetap di negeri Belanda lebih kurang 30 tahun. Walaupun kami berbeda tingkat menurut garis sisilah Pakpahan, yang mana beliau Pakpahan Sibosi dan saya sendiri Pakpahan Simora tetapi di tanah perantauan ini saya anggap beliau sebagai Namboru kandung saya, sebagai pengganti orang tua saya, yang nun jauh di tanah air. Kemudian kami pun berjanji untuk saling mengunjungi untuk mengikat tali kekeluargaan agar lebih erat. Yang mana tahun sebelum nya mereka telah datang berkunjung ke tempat kediaman kami di Inggris. Kurun waktu lebih kurang tiga tahun saya pun memutuskan akan menjenguk mereka ditanah seberang tepatnya negeri kincir angin Belanda. Untuk kali ini saya merencanakan akan membawa kendaraan sendiri sambil mengunjungi beberapakotadan negeri di Eropah barat atau ‘Tour ofEurope’ Juga sekalian akan menjenguk teman-teman Batak yang sudah puluhan tahun tidak bertemu.
Tepat tanggal 13 augustus kami pun berlayar melalui pelabuhan Harwich (Inggris ) menujuEsbjerg Denmark. Menyeberang dengan Ferry besar mengarungi laut Utara (North Sea) yang dingin itu walaupun sekarang lagi musim panas (Summer) yang mana suhu air lautnya masih terasa seperti air es. Setelah berlayar lebih kurang 16 jam, kami pun tiba di pelabuhan Esbjerg. Dan langsung melanjutkan perjalanan ke kota Billund dimana terdapat taman hiburan Lego pertama di dunia yang di bangun pada tahun 1968. Disini kami singgah hanya untuk dua hari yang mana anak-anak sangat menyukainya. Dengan taman hiburannya yang di penuhi bercorak ragam bangunan atau model yang terbuat dari kepingan Lego. Kemudian kami pun melanjutkan perjalanan menuju ibukota Denmark, Copenhagen memakan waktu berkisar lima jam. Tiba di Copenhagen kamipun disambut sangat gembira oleh teman saya Mr.Ricat Simanjuntak yang sudah 12 tahun lebih berpisah. Kami dijamu dengan sangat ramah dan penuh kekeluargaan. Setelah rasa rindu terobati dan juga plesiran mengunjungi berbagai objek wisata di kota ini kamipun melanjutkan perjalanan menuju negeri Swedia.
Di Swedia kami menghabiskan waktu liburan di Pulau Kecil Hano, memancing, berenang di lautan Baltik dan berburu rusa tapi tidak untuk dimakan hanya untuk di photo, hahaha…. Seminggu di pulau Hano kamipun kembali melanjutkan perjalanan menuju kota Trelleborg, paling ujung selatan Swedia. Dari kota ini kami menyeberang dengan ferry menuju pulau Sassnitz, Jerman Timur yang memakan waktu kurang lebih 6 jam. Tiba di Sassnitz kami pun langsung melanjutkan perjalanan menuju Berlin, ibu kota Republik Jerman bersatu. Tiba di Berlin hari sudah gelap dan saya kurang mengetahui situasi jalan-jalan dikota ini. Berhubung dengan satelit navigasi saya rusak jadi saya harus mengikuti petunjuk map yang ternyata map saya kurang lengkap dengan skala besarnya kota ini. Jadi kami sempat berputar-putar kurang lebih dua jam sebelum kami menemukan apartemen yang kami sewa untuk selama tinggal di Berlin.
Berlin kota yang tidak begitu tua menurut standard kota-kota tua lainnya di Eropah tapi banyak menyimpan objek bersejarah. Walaupun 80 persen kota ini pernah hancur setelah di bom tentara sekutu selama perang dunia ke II, tapi masih banyak puing-puing kota ini yang dapat dilihat dan dinikmati dengan mata. Sangat indah sekali dengan berbagai arsitek bangunannya mulai dari abad ke XVIII hingga puing-puing dari peninggalan semasa perang dunia ke II. Seperti gerbang Bradenburg, symbol kejayaan kota Berlin. Kemudian stadium Olympiade yang dibangun pada tahun 1936 pada masa pemerintahan Hitler. Dan juga monumen ‘holocous’ untuk memperingati jutaan terbantainya bangsa Jahudi semasa kekuasaan rezim Hitler. Juga kami mengunjungi reruntuhan Tembok Berlin yang angker itu. Yang pernah memisahkan kota tersebut, Berlin Barat dengan Berlin timur semasa perang dingin. Dari awal Agustus 1961 hingga dirubuhkannya tembok ini November 1989. Sekarang lokasi tempat tersebut dijadikan museum terbuka dimana pengunjung dapat mengetahui kisah-kisah brutal selama terjadinya konflik perang saudara antara Jerman Timur dengan Jerman Barat. Selama empat hari menjelajahi kota Berlin terasa sangat capai dengan banyaknya yang dikunjungi dan waktu yang begitu singkat.
Hari kelima dikota Berlin kamipun melanjutkan perjalanan menuju negeri Belanda, dengan jarak tempuh kurang lebih 9 jam. Selama dalam perjalanan hati saya sudah begitu mengebu-gebu untuk mencapai kekota tujuan, dimana namboru saya tinggal. Dapat pembaca bayangkan padahal saya sudah tiga kali berkunjung ke negeri Belanda tapi baru kali ini saya mengetahui kalau saya punya saudara dikota ini. Hingga saya memacu mobil saya dengan kecepatan sangat tinggi. Berhubung di jalan lintas negeri Jerman yang terkenal dengan sebutan ‘AutoBahn ‘ dimana kita dapat menyetir tanpa batas limit. Saya sudah membayangkan seandainya mobil saya Porche pasti sudah saya kebut dengan kecepatan paling tidak 500 km/jam agar tiba di Belanda dengan segera. Sebelum nya kami pun singgah sebentar di kota Hannover Jerman Barat 500 km menuju perbatasan Belanda untuk istirahat sejenak. Setelah puas mengisi perut yang kosong, kami pun melanjutkan perjalanan menuju negeri Belanda. Sebelum nya saya sudah berjanji dengan namboru, bahwa kami akan tiba malam hari di sana sekitar pukul 9 atau 10 malam. Tapi dengan kerinduan yang meluap kamipun berangkat lebih awal agar dapat tiba lebih dini. Memasuki perbatasan Belanda hati pun sudah mulai dang dig dug. Setelah memasuki kota Weerts, di propinsi Limburg, kami pun mulai mencari alamat yang tertera di Handphone(baca: hempon) saya. Ternyata tidak begitu sulit untuk mencari alamat di kota kecil ini tidak seperti di kota besar Berlin. Setelah menyelusuri beberapa gang akhirnya saya pun menemukan alamat tersebut, walau saya sempat ragu sedikit. Saya memberanikan diri mengetuk pintu rumah tersebut. Setelah saya ketuk ternyata namboru saya yang membukanya dia sangat terkejut bah…Horas…paraman .hahaha…. Kami pun berpelukan sangat erat. Wah Puji Tuhan, setelah 18 tahun saya tinggal di negeri dingin ini akhir nya saya menemukan keluarga saya. Walau pun kami bukan saudara satu Ompung tapi beliau sudah saya anggap seperti namboru kandung sendiri, atau ito almarhum bapak saya. Dan malam itu kami pun dijamu dengan makanan khas Batak saksang, hmmm nikmat sekali setelah lebih tiga minggu berkelana di eropa akhirnya saya dapat menikmati nasi putih dan saksang. Malam nya kami pun banyak bercerita berbagi pengalaman tentang keluarga yang di kampung halaman hingga larut malam.
Hari kedua namboru saya mengatakan bahwa ada temannya yang akan datang berkunjung sebagai kejutan. Menjelang sore tibalah teman lama saya Melita Sidabutar yang dulu nya pernah ber DJ ria di GoBatak radio. Kemudian menyusul ito Meriana Nainggolan, yang mana kami berkenalan sebelumnya di Lapo Gobatak. Ito Meriana mengatakan akan datang sendiri setelah terlambat dua jam dari waktu yang dijanjikan. Setelah berjabat tangan dengan Meriana ternyata tiba-tiba menyusul teman-teman yang lain Lina boru Sidabutar dan Donna boru Sinaga. Wow..benar-benar surprise. Terutama dengan ito Lina Sidabutar yang hampir lebih 15 tidak bertemu. Menyusul dengan Donna Sinaga dimana kami berkenalan di lapo GoBatak sebelumnya kurang lebih tiga tahun yang lalu. Benar-benar kejutan besar akhirnya saya dapat bertemu dengan teman lama yang telah berpisah puluhan tahun. Begitu juga dengan teman baru di perantauan ini. Malam itu kami pun bercanda ria dan bercerita banyak tentang masa lalu. Dan juga kami bernyanyi lagu-lagu batak dengan riangnya teringat akan masa–masa remaja diselingi oleh jamuan namboru saya saksang, dan rendang yang lezat dan gurih itu. Benar-benar puas perasaan kami selama marmitu malam itu. Esok nya kami pun harus kembali ke kampung kami di Inggris, walaupun hanya singkat tetapi pertemuan kami itu sangat memuaskan dan berkesan.
Terimakasih banyak buat teman-teman yang telah memberi akomodasi beserta menjamu saya dengan seluruh keluarga, juga buat keluarga Namboru dan Amang boru terutama buat GoBatak Radio yang telah memberi akses mempertemukan saya dengan teman-teman dan keluarga tercinta yang berada di tanah perantauan ini.
Horas ma dihalak hita sude manangna didia pe hita maringanan.