Unte Pangir, Simbol Kebersihan dalam Ritual Batak

0

Orang Batak sangat mengenal yang disebut Unte Pangir atau dalam bahasa Indonesia disebut Jeruk Purut atau bahasa latinnya  Citrus hystrix DC. Pada jaman dimana orang Batak masih menganut agama Mulajadi, maka unte pangir menjadi salah satu media ritual untuk pemujaan, namun saat ini pamor unte pangir sudah hampir sama dengan nasibnya kemenyan.

Banyak orang Batak bila mendengar nama unte pangir akan berkonotasi negatif kepada asumsi pemujaan setan, padahal sebelum orang batak mengenal yang namanya shampoo maka unte pangir adalah salah satu bahan pencuci rambut yang sangat manjur untuk menjaga kebersihan rambut.

Orang Batak dahulu, terutama para datu (cerdik cendekia) menggunakan unte pangir untuk membersihkan seluruh badan sewaktu mandi. Setelah mengguyur seluruh tubuh dengan air (biasanya di pancuran) maka sebelah potongan unte pangir diperas di atas kepala lalu rambut dikeramas. Pemakaian jeruk purut di kepala tidak terasa pedih karena kandungan asam sitratnya tidak terlalu tinggi dibanding jeruk nipis.  Kulit hasil perasan juga berfungsi untuk menggosok seluruh kulit badan sewaktu mandi.

Sampai sekarang ini, dalam proses-proses ritual tertentu, unte pangir masih menjadi media simbol kebersihan bukan saja oleh orang-orang Batak tetapi suku-suku lainnya di Indonesia. Batakone mengatakan bahwa dalam praktek-praktek perdukunan (ilmu pengobatan) oleh dukun Batak biasanya menyediakan unte pangir yang dipasangkan dengan daun sirih dan sebutir telur, disamping air bersih yang ditaruh di dalam sebuah cawan.

Bahan-bahan ini digunakan oleh seorang dukun untuk memulai proses ritual meminta petunjuk dari Sang Pencipta Alam Semesta – Mulajadi Nabolon yang dianggap sebagai sumber pengetahuan untuk memberikan pengobatan penyakit fisik atau non-fisik. Biasanya sang dukun akan memejamkan matanya berkonsentrasi, lalu mengucapkan kalimat-kalimat tertentu sebagai mantra.

Unte pangir dikenal juga oleh suku-suku lainnya dengan sebutan jeruk purut oleh orang Melayu dan Jawa, parale oleh orang Makassar, lemon papeda oleh orang Ambon, lemon titigila oleh orang Ternate, percupin orange oleh orang Inggris, bai magrut oleh orang Cina, dan bahasa ilmunya Citrus hystrix DC.

Rasa asam pada unte pangir mengandung sedikit asin, dan mengandung sekitar 1,5% steroid triterpenoid, 1,8% tanin, dan sitrat sekitar 2,5% sehingga unte pangir bersifat penyegar dan stimulan. Banyak kesan mengatakan tidak semua dapat berhasil menanam unte pangir, padahal penanamannya biasa saja yang dapat ditanam melalui biji atau cangkok dengan menjaga kelembaban tanan dan cukup sinar matahari.

Previous articleGeriten, Rumah Tulang Belulang pada Suku Karo
Next articleHariara dalam Filosofi Batak

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.