Sekilas, tidak ada yang penting di tanggal 13 Desember. Namun tidak demikian dengan seluruh masyarakat di kota Tebing Tinggi, Sumatera Utara. Di tahun 1945 silam, di tanggal ini pernah terjadi pembantaian massal terhadap warga sipil Tebing Tinggi oleh pihak militer Jepang. Begitu membekasnya peristiwa ini dalam ingatan masyarakat kota Tebing Tinggi, hingga pada saat ini, tanggal 13 Desember menjadi moment khusus bagi seluruh masyarakat Tebing Tinggi untuk mengenang seluruh korban yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Namun satu hal yang sangat disayangkan, selain masyarakat Tebing Tinggi sendiri, tidak banyak orang yang mengetahui adanya tragedi 13 Desember ini. Selama 66 tahun sejak Indonesia menyatakan diri merdeka, seolah-olah ada satu upaya menutupi tragedi berdarah ini dari catatan sejarah.
Untuk mengangkat peristiwa berdarah yang mengarah pada kejahatan perang di kota Tebing Tinggi ini, Darapati Activity menggandeng pihak media untuk menelusuri kembali sejumlah informasi tentang runtut peristiwa ini. Dengan harapan dapat ikut memperjuangkan pelanggaran HAM terhadap warga sipil kota Tebing Tinggi oleh tentara Jepang, Darapati Activity menghimpun sejumlah narasumber peristiwa berdarah 13 Desember 1945 silam.
Dalam satu sesi wawancara di Rumah Dinasnya (12/12/2012), Ir. H. Umar Zunadi Hasibuan, MM, selaku Wali Kota Tebing Tinggi mengatakan bahwa pembantaian yang dilakukan oleh tentara Jepang memakan korban hingga ribuan masyarakat sipil. “Diperkirakan korbannya mencapai hingga 2000 orang lebih,” demikian ungkap beliau sebagai salah satu pemegang informasi peristiwa ini.
“Jumlah korbannya tidak bisa dipastikan, karena banyaknya makam massal, makan tanpa nama, dan jasad korban yang tidak dikenali asal usulnya dari mana,” jelas beliau.
Banyaknya korban yang jatuh di hari peristiwa tersebut tampak dari banyaknya kerangka manusia yang ditemukan di banyak tempat di kota Tebing Tinggi. Bahkan selang beberapa tahun setelah kejadian 13 Desember 1945 tersebut, di beberapa tempat banyak ditemukan kerangka manusia yang merupakan warga sipil kota Tebing Tinggi yang menjadi korban kekejaman tersebut. Dari penemuan tersebut dapat diketahui bahwa korban banyak yang ditumpuk dalam satu lubang dan dimakamkan secara asal.
Beliau juga menceritakan bahwa pembantaian ini dilakukan secara membabi buta. Dimana setiap warga sipil yang dijumpai di tiap sudut kota pada hari itu, akan langsung dibunuh oleh tentara Jepang. “Bahkan ada yang mati ditembak saat sedang makan siang di rumahnya,” ujar Ir. H. Umar Zunadi Hasibuan, MM.
******
Andromax-I Smartfren
[…] napaktilas peringatan 13 desember tebing tinggi […]
[…] permintaan pihak Jepang ini, maka pada pagi hari 13 Desember 1945 seluruh blokade jalan yang dibangun sore hari sebelumnya pun dibuka. Atas permintaan dalam […]