Bagi suku Batak, adat adalah suci. Adat tak bisa dilanggar. Adat bahkan bisa jadi lebih kuat daripada hukum yang telah ber-undang-undang. Mau bagaimana lagi, inilah Batak dengan segala yang ada padanya. Raja memiliki arti mendalam pula bagi Batak. Namun, tak banyak orang yang tahu mengenai hal ini dalam konsep yang sebenarnya.
Batak dikenal sebagai suku bangsa yang terlahir dengan budi pekerti yang luhur, semangat yang tak pernah padam, dan ambisi yang tak pernah surut sepanjang masa. Hal ini pula yang menyebabkan Batak menjadi ‘benih segala benih’. Artinya, Batak bisa tumbuh, berkembang dan menghasilkan tanpa pilih tempat, dan waktu.
Nah, ternyata ini semua ada kaitannya dengan sifat ke-Raja-an yang telah mendarahdaging dalam diri seorang Batak.
Apabila Anda telah terlebih dahulu menganggap rendah pengetahuan Batak, maka kali ini Anda harus segera ‘menjilat ludah’, menarik kembali kata-kata Anda, bila perlu mengaku dosa. Dalam konsep ke-Raja-an, Batak jauh lebih maju dibandingkan suku Jawa.
Konsep seorang Raja bagi Batak adalah mereka yang hidupnya mencerminkan seorang Raja, memiliki tutur kata yang sopan, jiwa kepemimpinan yang kuat, hati tegas namun murah hati, menjunjung tinggi niulai adat dan budaya… “Keningratan bukan semata sebuah lambang “kasta” belaka, tetapi sebuah simbol kepatutan yang menjadi ukuran-ukuran tidak tertulis dalam kehidupan sehari-hari,” tulis HC.Anderson dalam bukunya, Cinderella.
Dalam kemasyarakatan suku Batak, seorang Raja bukanlah orang yang terlahir dengan kelimpahan materi semata, meski menurut Majalah Tatap, bagi Batak, seorang Raja haruslah seorang yang berkelimpahan, “parbahul-bahul na bolon, paramak so balunon, parsangkalan so mahiang.”
“Raja” adalah sebutan kehormatan bagi siapapun yang telah menunjukkan pola hidup rajani dalam kehidupan sehari-harinya. Raja adalah sebutan yang diberikan oleh masyarakat bagi mereka yang berlaku sebagai Raja. “Raja Sipahutar”, “Raja Simanjuntak” atau “Raja Situmorang” adalah sebutan sebagai symbol betapa tokoh tersebut dihargai. Jadi, kekayaan bukan menjadi satu-satunya syarat ke-Raja-an. Pada dasarnya, BATAK ADALAH RAJA.
Sebagaimana yang Gobatak kutip dari tulisan di Majalah Tatap, semua orang Batak adalah Raja, anak ni Raja bagi laki-laki, dan Boru ni Raja bagi perempuan. Intinya, KITA ADALAH RAJA. Bahkan seorang Batak yang terpaksa mencuri haruslah mencuri dengan terhormat. Bingung? Nah, daripada bingung dengan mencaritahu cara mencuri terhormat, lebih baik berpikir bagaimana menjadi Raja. Nggak sulit kok, cukup ikut saja Dalihan Na Tolu yang tertulis di kening. 🙂
[…] menjadi Batak yang benar-benar Raja. Dalam artikel Segelintir Tanya di balik HABATAHON (5) Batak: Siapa ‘Raja’ Kami?, dikatakan dengan jelas, seorang Raja haruslah berperilaku rajani. Dan, gadis mana yang akan […]
raja
kalau raja yang umum kita lihat ya benar berlimbah harta dan kekuasaan , kalau zaman skrg ialah orang batak yang yang jadi pejabat negara ,raja dalam pengertian sikap mulia menjaga perilaku bisa di temukan juga di tokoh agama , dosen, guru guru ,raja adat atau ahli adat ,ada juga raja di olahraga ,raja bisnis , waratawan senior , pengacara , jenderal , pegawai negeri golongan tinggi , itupun kalau di sertai sikap mulia menjaga perilaku terhormat tidak korupsi ,tidak serakah kekuasaan ,uang .menurut pemikiran saya silakan tambahkan
Horas Admin,
Saya mau tanya apakah jika suatu pasangan, marga ibunya si pria sama dengan marga ibunya si wanita itu bisa menikah secara adat batak? Kondisinya,kedua ibu tersebut bukan kakak adik kandung ataupun kakak adik sepupu?
Terima kasih.