Para pemimpin G20 telah menyepakati The Final Declaration (Cannes Declaration) di akhir KTT G20 di Perancis. Komponen utama dari deklarasi ini adalah Cannes Action Plan yang berisi komitmen negara anggota G20 untuk melaksanakan dan melanjutkan berbagai kebijakan di bidang fiskal, moneter, reformasi sektor keuangan, dan reformasi struktural dengan memperhatikan dampak dari kebijakan domestik terhadap negara lain.

“Menurut saya, Cannes Action Plan tersebut sudah cukup bagus. Namun, yang terpenting adalah implementasi yang dilakukan oleh para anggotanya,” ujar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
“Saya akan sampaikan apa yang akan Indonesia lakukan atas action plan tersebut. Selama ini Indonesia dan ASEAN akan terus meningkatkan pertumbuhan, memperkuat pasar domestik, membangun infrastruktur dalam skala besar, menjaga defisit fiskal, stabilitas harga, dan inflasi,” Presiden menambahkan.
Selain itu, Kepala Negara mengatakan bahwa atas kerja keras Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan selama ini, Indonesia mendapatkan empat tanggapan positif selama KTT G20 di Cannes, Perancis. “Empat kali nama Indonesia disebut dalam konteks yang positif. Mari kita jaga dan kelola perekonomian dengan baik,” Presiden menekankan.
Terkait implementasi rencana aksi tersebut, dalam kesempatan tersebut SBY memberi contoh soal ketahanan pangan, tentang gejolak dan stabilasasi harga pangan. “Sistem keuangan dalam komoditas pangan sering tidak kena. Diperlukan aturan tertentu untuk regulasi,” kata SBY.
Selain itu, Kepala Negara juga mengaitkan tentang pasar keuangan di sektor pertanian sering tidak transparan. Misalnya, para petani mendapatkan penghasilan yang tidak besar dan konsumen terakhir, yaitu masyarakat, membeli dengan harga yang mahal.
“Di tengah-tengah itu, ada sistem yang membebani entah, itu spekulasi atau lain sebagainya. Ini harus diawasi oleh komunitas global seperti G20, tidak mungkin masing-masing negara mengatasi hal ini,” Presiden menegaskan.
Berkaitan dengan strategi global untuk meningkatkan pertumbuhan dan lapangan pekerjaan, Presiden menekankan empat hal, yaitu mengatasi utang Yunani, memperkuat kerja sama negara Eropa dan membangun fire wall, serta meletakkan dasar bagi pertumbuhan ekonomi bagi peningkatan kembali perekonomian Eropa yang goyah.
“Beberapa negara, termasuk Indonesia, dinilai memiliki public finance yang kuat. Atensinya adalah stabilitas harga, meskipun di Indonesia juga masih ada masalah menyangkut supply and demand,” Presiden menjelaskan.
Menurut Presiden, implementasi untuk pengurangan kemiskinan juga harus dilakukan karena kalau tidak G20 akan dituduh menjadi klub negara-negara maju saja. “Semua sepakat untuk membuat international monetary system agar makin stabil, dan agar adanya Global Financed Safety Net,” SBY mengungkapkan. “Kalau ada negara yang ekonominya awalnya baik, lantas tiba-tiba terkena krisis, langsung rusak dan tidak dibantu, itu tidak adil,” tambahnya.
Disamping itu, pada KTT tersebut juga dibahas tentang nasib G-20 ke depan, apakah akan menjadi seperti PBB atau tetap menjadi organisasi informal seperti sekarang. “Biarlah G20 ke depannya tetap menjadi organisasi informal, tetapi troika tetap diperankan,” kata SBY.
Menurut Kepala Negara, pada tahun 2016 mendatang, salah satu dari negara Asia yaitu Cina, Jepang, dan Indonesia berkesempatan untuk menjadi tuan rumah KTT G20. “Saya berharap presiden Indonesia pada tahun 2016 nantinya akan gigih memperjuangkan Indonesia agar bisa menjadi tuan rumah pada 2016,” SBY menandaskan.
SO Yetty TP Aritonang