Munculnya berbagai pendapat dan pandangan mengenai Mandailing dan keBatakan-an, mengundang kita untuk berpikir lebih terbuka dalam menyikapi masalah ini. Berbagai alibi mengikuti pernyataan Mandailing bukan Batak. Namun kenyataannya, bila dipikirkan lebih mendalam, kita akan segera menyadari bahwasanya Mandailing adalah Batak, dan ‘Batak’ tidak terpaku pada sub-suku Toba saja, seperti yang santer diperbincangkan hingga saat ini.
Pendapat yang sering kita temui mengenai ke-bukan-Batak-an Mandailing diantaranya, menyanggah dari segi bahasa dan agama. Maka, untuk tulisan kali ini, Gobatak mencoba melihat masalah dari sudut pandang antropologi.
Secara logika, sebagaimana yang gobatak kutip dari SOPO PANISOAN, anggapan yang menyatakan bahwa Mandailing bukan Batak dilihat dari segi agama Mandailing yang berbeda dengan agama Batak, dalam hal ini Islam, Kristen dan Katolik, ini membuktikan bahwasanya telah terjadi pembonsaian pola piker yang membuat kita seolah menutup mata pada kenyataan lain yang patut dipirkan secara matang dan lebih lanjut.
Bukankah agama ada jauh setelah kebudayaan itu ada? Dan, bukankah pada zaman dulu, kepercayaan nenek moyang lebih kepada dinamisme dan animisme? Kemunculan agama Islam, Hindu, Kristen dan Katolik tentulah memerlukan proses yang cukup lama untuk adaptasi, absorpsi dan asimilasi dengan kebudayaan untuk kemudian didistribusikan kepada masyarakat. Lagipula, bukankah agama Islam adalah agama yang lebih dahlu muncul dan diterima oleh masyarakat, sebelum kedatangan para colonial dan misionaris yang menyebarkan agama Kristen?
Ditinjau dari segi bahasa, alibi yang diajukan adalah bahasa Mandailing terkesan berbeda jauh dari bahasa Batak. Hal ini perlu ditinjau kembali, mengingat bahwa bahasa suatu kebudayaan itu akan timbul dipengaruhi keadaan lingkungan dan factor kebiasaan yang hidup dalam suatu masyarakat tertentu. Lagipula, baik Mandailing maupun Batak Toba, tetap memiliki persamaan kosakata.
Tulisan lainnya dalam SOPO PANISOAN menunjukkan bahwasanya Mandailing bukan merupakan nama suku bangsa, melainkan nama wilayah kerajaan, dimana di dalamnya terhimpun masyarakat yang tumbuh dalam ketatanegaraan yang tinggi pada saat itu.
Maka jelaslah bagi kita, bahwasanya Mandailing adalah juga bagian dari Batak, bukan sebagaimana yang selama ini dipersoalkan. Mandailing adalah nama wilayah, bukan nama bangsa. Mandailing itu Batak.
Sanggahan sebagian Pihak tentang ke-Batakan Mandailing lebih disebabkan adanya anggapan bahwa Batak itu identik dengan Toba yang notabene menganut keyakinan mayoritas kristen, sehingga ada pendapat diluar suku yg ber bahasa batak Toba dan Penganut keyakinan selain kristen sesungguhnya bukan Batak,,Mereka Lupa Bahwa Batak Toba adalah salah satu sub etnis Batak yang berada pada posisi yang sama dengan Batak Angkola/Mandailing,batak Simalungun, Batak Karo, dan Dairi,,,,dll