Oleh-oleh Unik Mengunjungi Museum Karo Lingga

5

Masih di seputar museum Karo Lingga, selain kita mengetahui beberapa sejarah tempo dulu seperti koleksi foto Sibayak Tanah Karo, banyak juga informasi yang bisa kita dapatkan ditempat ini.

Sebagai kenang-kenangan, museum Karo Lingga juga terpajang patung mengenakan pakaian adat karo, juga dapat dikenakan oleh setiap pengunjung untuk diabadikan. Dengan senang hati team Gobatak.com dan Yetty Aritonang dapat mengenakan pakaian adat batak Karo yang ditawarkan oleh ibu boru Simbolon.

Video liputan:
[tube]http://www.youtube.com/watch?v=yAdXczMX2EA[/tube]

Foto-foto liputan:

Foto lengkapnya dapat di lihat disini.

Nama dan Pakaian Adat Karo

Disini kita akan menggambarkan Pakaian Adat Batak Karo. Pakaian laki-laki dari daerah Batak Karo terdiri dari baju jas tutup berwarna putih, sedangkan untuk bagian bawah dipakainya sehelai kain tenunan asli hasil kerajinan daerah Batak Karo yang disebut “Ulos Ragi Pane”.

Sebagai penutup kepala dipakai kopiah atau destar, yang dihiasi dengan manik-manik dan benang emas. Kalung yang menghiasi leher pengantin pria ini dibuat dari emas, yang disebut “Kalung Sertali”. Anting-antingnya dinamakan “Padung Pirang”.

Untuk wanitanya memakai baju tutup dengan lengan panjang dan bagian bawahnya terdiri dari Sarung Songket yang dililitkan dengan kain Ulos. Tutup kepala dihiasi dengan rumbai-rumbai dan hiasan-hiasan yang dibuat dari emas. Selain itu dipakainya juga sepasang anting-anting besar, yang dipasangkan pada telinganya.

Pakaian adat suku Batak Karo sangat didominasi dengan warna merah dan hitam, penuh dengan asesoris serta perhiasan emas.

Ada beberapa istilah yang dipergunakan dalam pakaian adat karo yang kita kenal. Seperti:

Uis nipes
Untuk tudung, “maneh-maneh” (kado untuk perempuan), untuk mengganti pakaian orang tua (pihak perempuan) dan sebagai alas “pinggan pasu” (piring) pada saat memberikan mas kawin dalam upacara adat.

Uis julu
Untuk sarung, “maneh-maneh”, untuk mengganti pakaian orang tua (untuk laki-laki) dan selimut.

Gatip gewang
Untuk menggendong bayi perempuan dan “abit” (sarung) laki-laki

Gatip jongkit
Untuk “gonje” (sarung) upacara adat bagi laki-laki dan selimut bagi “kalimbubu” (paman).

Gatip cukcak
Kegunaannya sama dengan gatip gewang, bedanya adalah gatip cukcak ini tidak pakai benang emas.

Uis pementing
Untuk ikat pinggang bagi laki-laki

Batu jala
Untuk tudung bagi anak gadis pada pesta “guro-guro aron”. Boleh juga dipakai laki-laki, tapi harus 3 lapis, yaitu: uis batu jala, uis rambu-rambu dan uis kelam-kelam.

Uis arinteneng
Sebagai alas waktu menjalankan mas kawin dan alas piring tempat makan pada waktu “mukul” (acara makan pada saat memasuki pelaminan), untuk memanggil roh, untuk “lanam” (alas menjunjung kayu api waktu memasuki rumah baru), untuk “upah tendi” (upah roh), diberikan sebagai penggendong bayi dan alas bibit padi.

Uis kelam-kelam
Untuk tudung orang tua, untuk “morah-morah” (kado untuk laki-laki), dan boleh juga dipakai oleh laki-laki dalam upacara adat, tapi disertai batu jala dan rambu-rambu.

Uis cobar dibata
Untuk upacara kepercayaan, seperti “uis jinujung”, “berlangir” dan “ngelandekken galuh”.

Uis beka buluh
Untuk “bulang-bulang” diikatkan di kepala laki-laki pada upacara adat.

Uis gara
Untuk penggendong anak-anak, tudung untuk orang tua dan anak gadis.

Uis jujung-jujungen
Untuk melapisi bagian atas tudung bagi kaum wanita yang mengenakan tudung dalam upacara adat.

Sponsor
Liputan Visit Huta –  Oleh-oleh Unik Mengunjungi Museum Karo Lingga ini di Sponsori oleh Yetty Aritonang, seorang pemerhati budaya Batak tinggal di Paris, Prancis. Juga sebagai penulis novel antara lain karyanya, Bunga-bunga Paris Jakarta & Parlons Batak.

Previous articleMengenal Budaya Karo Lewat Museum Karo Lingga
Next articleCara Memakai Tudung, Topi Kain Wanita Karo

5 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.