Medan, Mei 2015.
“Saya kebetulan sangat nge-fans dengan Anies Baswedan. Kalau Anies Baswedan mengatakan Jadilah penyala lilin, pembawa terang dalam kegelapan.”
Martin Rambe seorang pemuda yang tetap mempertahankan eksistensi diri sebagai seorang Indonesia dengan bertindak nyata dalam menyikapi hadiah kemerdekaan dari para pahlawan. Martin Rambe mendirikan Forum Aksi Indonesia Muda yang berfokus pada pendidikan untuk mereka yang termarjinalkan dan tidak mendapatkan hak pendidikan secara layak.
Martin Rambe yang lahir di Desa Silantom Tonga, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara pada 17 Desember 1991 merupakan anak keenam dari tujuh orang bersaudara. Keberadaan keluarga yang sangat sederhana membuat kehidupan yang dihadapi Martin Rambe sudah penuh dengan perjuangan sedari kecil.
Sejak duduk di bangku sekolah dasar, Martin telah berusaha membiayai pendidikannya sendiri. Prinsip yang sudah terpatri dalam benak Martin yaitu bahwa pendidikan merupakan satu-satunya jalan melepaskan diri dari jeratan kemiskinan. Semangat dan pemikirannya inilah yang membuatnya mampu menyelesaikan SD hingga SMA dengan membanggakan, terlebih dia merupakan bintang sekolah dengan membawa nama sekolahnya dalam Olimpiade Sains Nasional.
Namun lulus SMA bukanlah tujuan akhir, keinginan Martin untuk melanjut ke perguruan tinggi kembali menjadi suatu rintangan tersendiri. Kembali pada keadaan keluarga yang sungguh tidak memungkinkan. Tekad Martin tetap bulat untuk meraih mimpinya untuk membahagiakan diri dan orang tuanya.
Lulus di Ilmu Administrasi Negara – FISIP, Universitas Sumatera Utara merupakan hasil dari keberanian, kemampuan dan semangat Martin Rambe. Beberapa pencapaian bergengsi yang diperolehnya antara lain mendapatkan beasiswa BCA Finance 2013, peringkat ketujuh pada lomba menulis Tempo Institute, delegasi Sumatera Utara pada pelatihan Indonesian Culture and Nasionalism 2014, termasuk dalam 20 peserta Indonesian Youth Dialogue, menjadi delegasi dalam Konferensi United for Peace 2015.
Semua kesempatan yang ia peroleh telah banyak menempah diri Martin Rambe, salah satunya adalah pengembangan jiwa nasionalis dalam dirinya. Kamp kepemimpinan dalam Konferensi Indonesian Culture and Nasionalism yang diikutinya pada bulan Mei 2014 merupakan kesempatan yang sangat berharga bagi Martin Rambe. Kemauan untuk berbuat dan berdampak bagi orang lain telah menjadi target capaian Martin.
Lingkar Cinta merupakan ide awal yang dicetuskan oleh Martin Rambe. Martin Rambe berpikir untuk membuat suatu wadah yang berdasar pada pendidikan dan menulis. Tetapi pada akhirnya Lingkar Cinta berganti nama menjadi Forum Aksi Indonesia Muda mengikuti komunitas dengan fokus serupa dan telah dibentuk sebelumnya di Makassar oleh delegasi dari Makassar. Bergerak dari visi yang sama yaitu pendidikan bagi anak-anak yang miskin, terbentuklah Forum Aksi Indonesia Muda Medan pada Juli 2014. Martin Rambe memilih membuat kesekretariatan di Jalan Starban, Medan Polonia. Kegiatan pengajaran yang dilakukan secara sukarela dan mendapatkan dana secara mandiri tetap dilakukan Martin bersama teman-temannya di Aksi Indonesia Muda.
Pada akhirnya tindakanlah yang menjadi roda penggerak kemajuan Indonesia. Martin Rambe sudah bertindak. Kini saatnya bagi pemuda Indonesia di seluruh tanah air turut serta dengan bahu-membahu dalam memajukan Indonesia. (KP)
###
Guest Post by KEY Publisher
KEY Publisher merupakan tim yang terdiri dari beberapa mahasiswa ilmu komunikasi, Universitas Sumatera yang memiliki tugas untuk menaikkan berita tentang Martin Rambe salah satu pendiri Forum Aksi Indonesia Muda.