Kisah seorang pemuda asal Samosir lihai memainkan alat-alat dapur alias memasak ala Kung Fu dengan Jackmen Sinaga. Di awali dari seorang sailor di kapal kargo dan tengker yang beroperasi antara Asia, Semenanjung Afrika dan Australia, Fiji, New Zealand, hawai. Kemudian bergabung dengan kapal pesiar yang beroperasi di Amerika, Eropa Greenland, Baltic, Mediterranian dan pernah mengikuti 90 days world Cruise (pesiar keliling dunia) di tahun 90-an. Terinspirasi untuk tinggal dan bekerja di luar negeri, pada awal tahun 2000-an jump sit(mengundurkan diri) dari kapal di New York City tanpa persediaan keuangan yang memadai. Keinginan selalu berbeda dengan kenyataan. Kehidupan yang terlihat di film film barat tidaklah seperti yang sebenarnya terjadi di alam nyata. Image orang tentang negara maju dimana segala sesuatunya gampang. Ternyata itu hanya imajinasi para sutradara dan artis.
Kendala utama yang dihadapi yaitu masalah legalisasi atau ijin untuk bekerja. Hari-hari pertama di negeri orang sangatlah susah dimana saya harus menyesuaikan diri dengan keadaan setempat,hampir sering muncul kata-kata: “kenapa saya putuskan mengundurkan diri dari kapal”,atau lebih baik saya pulang ke tanah air. Tiba di New York City dengan bertepatan pada musim dingin. Kemudian langsung menuju agency employment di china town untuk cari kerja di restoran asia yang mana hampir seluruhnya restoran asia di amrik yang mempekerjakan orang tanpa surat-surat (legalisasi) pada masa itu. Pekerjaan apa saja saya ambil. Saya dikirim agency ke upstate New York untuk menjadi tukang cuci piring. Biasanya kalau bekerja di counrty (daerah) juragannya selalu menyediakan apartement yang sangat sederhana bagi karyawannya.
Dua bulan saya bekerja jadi tukang cuci piring di restoran Jepang atau Hibachi, Teppanyaki, berkat Tuhan dan kerja keras yang pantang mundur saya dapat promosi jadi kitchen helper(tukang potong-potong sayuran dan membantu koki/chef untuk menyiapkan segala sesuatunya yang berhubungan dengan menu). Dua bulan kemudian saya mendapatkan promosi lagi menjadi training teppanyaki chef. Dalam tempo dua bulan kemudian master lisence chef-nya resmi mengangkat saya menjadi Teppanyaki/Hibachi chef. Enam bulan kemudian master lisence chef mengangkat saya menjadi Head chef yang membawahi tujuh chef dan mengatur operasional kitchen. Kemudian saya mendapat tawaran dari seorang pengusaha untuk mendirikan restoran Jepang yang lain di daerah yang berbeda. Dengan sedih hati saya berpisah dengan master chef-ku.Dia berkata: “Saatnya sudah tiba,anak berpisah dengan induknya”. Sangatlah banyak petuah dan nasehat yang aku dapat dari guru tercinta. Akan ku kenang selalu.
[tube]http://www.youtube.com/watch?v=GGIPPXcqJCc[/tube]
Pekerjaan Hibachi chef sangatlah menarik, dimana kita selalu berusaha membuat customer tertawa dengan joke atau lelucon. Bukankah membuat orang gembira/senang/tertawa/bahagia sesuatu pekerjaan yang mulia? Disamping itu juga kita ikut tertawa. Kemudian karena kita memasak makanannya di depan mereka sehingga kita berinteraksi langsung dengan mereka dan mempunyai teman dan kenalan yang lumayan banyak. Belum lagi kalau customernya minta kita lempar potongan sayuran/udang ke mulutnya seperti maen basket. Kalau customernya bisa tangkap,mereka akan tepuk tangan yang meriah. Tapi terkadang buat gadis-gadis apalagi kalau summer time, kita sengaja lempar potongan makanannya masuk ke area buah dadanya(dgn catatan potongan makanannya sudah kita pinggirkan atau dinginkan) nantinya semua tertawa. Kemudian berbagai magic atau trick kita pertunjukkan di akhir sesi memasak. Buat anak-anak terkadang kita buat Spongebob, Mickey Mouse, Thomas Chu Chu Train. Terkadang kita ajak anak2 berinteraksi seperti kita suruh dia menyanyi lagu kesayangannya. Buat anak baru gede kita suruh menyanyikan lagu Justin Bieber atau Hana Montana, maupun Selena Gomez. Buat orang2 tua kita ajak dia bernyanyi lagu2 taon 60-an sehingga suasana makan malam mereka terisi dengan kegembiraan.Bukankah kalau kita gembira selera makan kita akan meningkat sebaliknya kalau kita sedih bermuram durja selera makan kita menurun (Good mood gain your appetite,bad mood loose your appetite).
Experience:
Benihana New York City,New York: 2011 – present
Ten East Hibachi/fusion Bayonne,New Jersey: 009-2011
Tokyo japanese steak house Long Island,New York: 2008-2009
Tai Show japanese steak house Massapeque,New York 2007-2008
Kabuki Japanese steak house Clifton park,New York: 2006-2007
Miyako japanese steak house Guirderland,New York: 2005-2006
KO-TO japanese steak house Albany,New York: 2004-2005
Ginza japanese steak house Troy,New York: 2003-2004
MINO japanese bistro Saratoga,New York: 2002-2003
TA-KE japanese steak house Albany, New York: 2001-2002
Ditulis langsung oleh: Jackmen Sinaga – Teppan Chef
Lihat kebolehannya memasak ala kung fu di channel youtube : http://www.youtube.com/user/ostarricchi?feature=mhee
mantap…..
tetap semangat…. Go…. Batak…
mantap…..
tetap semangat…. Go…. Batak…
suksees ate bro……..,sian smp pe nungga adong bakat mu jago kungfu,ai holan na martubbuki do ulaon mu tikki di smp….hehehehehhehehe,,,pis ate jack,,,,,,,,dang sala hu goari ho……….GBU
Jack Sinaga, bangga membaca story nya appara, sukses selalu dan Tuhan memberkati. Pengalaman yang sangat indah. Semoga suatu saat kita bisa ketemu apalagi nicipin hasil masakannya. email saya ; sinagasanderson@yahoo.com
HORAS