Indonesia menyimpan segudang wisata sejarah yang mengundang rasa penasaran bagi sebagian besar wisatawan penikmat sejarah.
Salah satu kota di Indonesia yang masih menyimpan tempat wisata bersejarah yang ramai dikunjungi hingga saat ini adalah Medan, Sumatera Utara.
Adalah Rumah Tjong A Fie Mansion, yang terletak di Jalan Jenderal Ahmad Yani No. 105 Medan. Rumah ini merupakan sebuah bangunan tua yang memiliki latar belakang dan nilai sejarah yang sangat kental. Rumah ini dulunya adalah milik dari pria bernama Tjong A Fie, seorang saudagar yang sangat sukses pada masanya (1860-1921).
Baca Juga: Kuil Shri Mariamman: Kuil Tertua di Sumatera Utara
Sebelum menjadi seorang yang sukses, Tjong A Fie dulunya adalah seorang perantau yang berasal dari Provinsi Guandong, Tiongkok. Ia datang ke Pelabuhan Deli saat berusia 18 tahun, usia yang masih sangat muda dan belum punya pengalaman apapun. Ia merantau ke Hindia Belanda mengikuti jejak kakaknya yang sudah lebih dulu pindah ke Sumatera. Disana Ia bekerja serabutan. Mulai dari pelayan toko, kemudian seorang buruh perkebunan. Berkat kerja keras dan kebaikannya Ia dapat berhasil memiliki perkebunannya sendiri. Ia sukses membangun bisnis besar dalam bidang perkebunan seperti pabrik minyak kelapa sawit, pabrik gula, bank dan perusahaan kereta api dengan 10 ribu lebih karyawan. Ia juga adalah seorang yang dermawan dan memegang peranan penting dalam membangun kota Medan karena hubungannya dengan Pemerintah Hindia Belanda, Kesultanan Deli dan Kekaisaran China. Banyak bantuan yang Ia berikan untuk masyarakat dari kalangan bawah dan tidak pilih bulu. Prinsipnya untuk terus berbuat baik Ia terapkan pada keturunannya sampai saat ini. Bantuan yang Ia berikan antara lain adalah pembangunan bank, layanan transportasi seperti jembatan, dan beberapa tempat ibadah.
Baca Juga: Sejarah Gereja Graha Maria Annai Velangkanni Medan
Bangunan tua ini dibuka untuk umum pada tahun 2009 karena banyak orang yang ingin tahu tentang jejak perjalanan kehidupan Tjong A Fie juga jejak peradaban Tionghoa yang ada di Medan.
Rumah yang didirikan pada tahun 1990 ini memiliki ukuran yang cukup besar dengan desain yang sangat cantik dan dipadukan dengan gaya arsitektur China, Melayu dan Art Deco.
Bangunan ini memiliki dua lantai dengan 35 ruangan di dalamnya. Rumah ini juga dirawat dengan sangat baik oleh keluarganya yang memperkerjakan seorang pengurus rumah sekaligus pemandu di tempat tersebut. Di dalam rumah tersebut ada terdapat 3 ruang tamu yang diperuntukkan khusus tamu dari Eropa, Tiongkok dan Melayu. Ruangan tersebut di desain dengan gaya arsitektur berbeda yang sesuai dengan kebangsaan para tamu.
Untuk mengelilingi berbagai ruang yang ada di rumah tersebut, wisatawan akan ditemani oleh pemandu khusus yang disediakan oleh keluarga dari Tjong A Fie dengan demikian wisatawan bisa mengenal sejarah kehidupan yang terdapat di rumah tersebut dengan jelas dan terperinci.
Kediaman Tjong A Fie tersebut juga memiliki ruang kumpul keluarga yang berisikan banyak kursi dengan bahan dasar kayu. Ruang tamu dibuat bergaya Melayu dan dominasi warna kuning. Mulai dari lemari, rak, kursi, meja, tempat tidur dan beberapa pajangan yang juga terbuat dari bahan dasar kayu, khususnya kayu jati.
Pada dinding sebelah kanan rumah tersebut dipenuhi foto-foto Tjong A Fie semasa hidupnya. Terlihat foto beliau bersama ketiga istri dan anak-anaknya. Ada pula foto beliau dengan para pejabat pemerintahan Belanda. Foto Bank Kesawan yang Ia bangun pada tahun 1913 juga terpampang jelas lengkap dengan mata uang yang berlaku pada masa itu.
Perabotan mebel yang ada di ruangan tersebut tertata dengan rapi dan terawat. Pemandu akan membawa para wisatawan memasuki ruang tidur Tjong A Fie, ruang makan, ruang keluarga dan ruangan lainnya yang menyimpan banyak dokumentasi kehidupan masa lalu beliau.
Ruang tidur Tjong A Fie memiliki tempat tidur bergaya klasik dengan dihiasi tirai atau kelambu. Terdapat meja hias dan kursi santai, tempat Ia bersantai dan bercengkerama bersama keluarganya. Ruang makan dan perabotannya juga dibuat berbahan dasar kayu lengkap dengan koleksi piring dan gelas lawas yang tertata rapi di atas meja makan. Ada juga ruang ibadah yang di dalamnya terdapat pernak-pernik Tionghoa dan lukisan serta pajangan berbahasa China. Atapnya juga berbahan dasar kayu dengan lukisan ornamen Tionghoa, anak tangga serta dinding berbahan dasar kayu.
Di surat wasiat yang terpajang dalam terjemahan Bahasa Indonesia pada salah satu dinding ruangan, Tjong A Fie mewasiatkan seluruh kekayaannya baik yang berada di Sumatera ataupun di luar daerah Sumatera kepada Yayasan Toen Moek Tong yang harus didirikan di Medan satu tahun sebelum Ia wafat dan meminta agar yayasan tersebut memberi bantuan keuangan bagi pemuda yang tidak mampu dan berkelakuan baik dan pendidikannya terbatas tanpa pandang bulu, orang cacat, juga korban bencana alam.
Untuk masuk ke bangunan tersebut wisatawan dikenakan biaya sebesar Rp. 35.000 dengan waktu berkunjung mulai pukul 09.00 WIB sampai 17.00 WIB. Inilah yang membuat wisatawan ramai ingin berkunjung ke rumah ini walau hanya berbentuk sebuah bangunan tua namun yang terpenting adalah nilai luhur kehidupan Tjong A Fie yang patut ditiru dan dijadikan pegangan hidup.
[…] Baca Juga: Sepenggal & Sedikit Misteri Sejarah Rumah Tjong A Fie Mansion […]