Graha Maria Annai Velangkanni dibangun pada tahun 2001 di atas tanah di daerah Tanjung Selamat, dan berdiri sempurna pada tahun 2005 yang didalangi oleh Pastor James dengan kerja keras, kesabaran dan keberanian. Ia berjuang dengan tangan dinginnya dan hanya mengandalkan dana dari para donatur yang bersedia untuk menyumbang.
Pastor yang bernama lengkap James Batu Putra ini adalah seorang mahasiswa Jesuit India Tamil, yang dengan sukarela pergi untuk melakukan misi kemanusiaan di Malaysia setelah studi filsafatnya di India dan menjalankan Pastoral di Kuala Lumpur dari 1966-1967. Namun dikarenakan peraturan UU baru tentang imigrasi membuat beliau dengan segera dikirim oleh pimpinannya ke Indonesia untuk melakukan studi teologis dengan harapan dapat kembali ke Malaysia setelah pentahbisannya.
Pastor James mendarat di Indonesia pada Mei 1967 dan langsung mempelajari Bahasa Indonesia untuk persiapan studi teologi di Seminari Tinggi St. Paul yang ada di Yogyakarta. Beliau lalu memperdalam ilmu tentang Keuskupan Agung Medan dan fokus dengan para imigran India yang sudah lama berada disana.
Baca Juga: Keindahan Danau Siombak Wisata Alternatif Di Medan
Setelah diberi izin oleh pimpinannya beliau mengunjungi kota Medan pada tahun 1968 di bulan Desember, dan disambut dengan baik oleh Mgr. Van Den Hurh yang merupakan Uskup Agung Medan. Beliau tinggal di Pastoran Paroki Hayam Wuruk selama 3 minggu dengan didampingi 2 Pastor Kapusin, yaitu Pastor Timmernans dan Pastor Maxumus Brans.
Pada tanggal 27 Desember 1970, Uskup Agung Medan, Mgr. Van Den Hurh menghubungi pimpinan beliau di Hongkong untuk mengizinkan Pastor James melayani di keuskupannya. Pelayanan Pastor James dimulai sejak Mei 1972 sebagai asisten pastor didampingi oleh 2 pastor tersebut dan diberi mandat khusus untuk melayani masyarakat India dalam tugas penggembalaannya. Inilah yang menjadi awal puncak misinya di gedung Graha Maria Annai Velangkanni ini.
Orang India yang tinggal di Medan yang mayoritas beragama Katolik dan tinggal di Kampung Kristen merupakan masyarakat yang terbelakang dan tertinggal mulai dari segi ekonomi, pendidikan, agama dan sosial jika dibandingkan dengan orang India lain yang ada di kota Medan. Mereka yang awalnya terpuruk dan penuh putus asa menaruh harapan penuh kepada Pastor James untuk membawa mereka keluar ke perubahan yang lebih baik untuk masa depan komunitas mereka.
Langkah awal yang dilakukan oleh Pastor James adalah menciptakan sarana pendidikan terutama untuk anak-anak agar dapat membantu membawa perubahan dan membuka masa depan yang lebih baik bagi mereka sebagai generasi penerus. Beliau membangun gedung 2 lantai di Jalan Mataram, Medan dan dinamakan Lembaga Pendidikan Sosial Karya Dharma yang didukung penuh oleh Uskup Agung Medan dan pihak-pihak lain yang peduli. Sekolah ini melakukan pelayanan dengan baik kepada ratusan anak-anak India dan menjadi Sekolah dasar sekaligus sebagai pusat kegiatan sosial dan budaya untuk masyarakat Kampung Kristen. Sekolah Karya Dharma ini menghasilkan banyak lulusan yang berhasil mencapai Sekolah Menengah Atas bahkan sampai ke Perguruan Tinggi. Saat ini namanya adalah Sekolah Dasar St. Thomas V/IV yang terletak di Jalan Mataram, Medan di bawah manajemen Yayasan Dan Basco.
Tentu saja tidak ada perjalanan yang mulus dalam setiap perjuangan besar. Pastor James dituntut untuk membawa komunitas Katolik Tamil sebanyak sekitar 50 keluarga untuk meninggalkan Kampung Kristen sehingga mereka dapat menemukan jalan untuk memperbaiki kehidupan sosial ekonomi mereka, dan membuka komunikasi baru dengan kelompok etnis yang lain. Meskipun perjalanannya penuh bahaya dan tantangan, Pastor James tetap teguh dan fokus pada tujuannya dengan membeli sebidang tanah di daerah Tanjung Selamat untuk memindahkan beberapa keluarga namun mereka menolak untuk pindah ke daerah tersebut dan pindah ke daerah-daerah lain. Mereka mengira Pastor James membawa mereka keluar dari tempat yang selama ini membuat mereka nyaman dengan kehidupan mereka sendiri. Mereka kemudian pergi dengan rasa marah dan penuh kebencian terhadap Pastor James.
Pada tahun 1991, St. Anthony Church Prosesi di Gereja Lama Antonius membentuk Komunitas Kristen Dasar (BEC) dengan nama “ Keluarga Besar Umat Katolik Tamil di St. Boneventure “ dan mengajak Uskup Agung pada tahun 1998 untuk membangun aula komunitas untuk memulai lagi promosi kegiatan pendidikan yang sudah lama hilang dari Karya Dharma. Mereka pun mengajak Pastor James untuk ikut serta membangun aula komunitas di tanah yang dulu beliau beli di Tanjung Selamat. Pastor James pun kemudian melengkapi dengan membangun sebuah tempat pemujaan atau gereja, yang disetujui penuh oleh Uskup Agung.
Pastor James membuat gagasan gereja dengan dasar keyakinan komunitas Tamil tentang pengabdian dan penghormatan kepada Bunda Maria yang sangat dikuduskan di Velangkanni, yang tempat pemujaannya sudah terkenal di seluruh dunia bagi semua orang, suku dan agama. Mereka menyebut gereja Katolik dengan “Matha Koil” atau gereja Bunda Maria. Mereka meyakini Bunda Maria adalah Ibu Surgawi yang datang ke dunia dan melakukan Mujizat yaitu menyembuhkan seorang ibu yang sakit dengan tangan yang penuh kasih, dan menjadikan Yesus anaknya sebagai penguat keyakinan bagi mereka yang beriman.
Ide gagasan inilah yang terlintas di pikiran Pastor James untuk membangun sebuah gereja dengan sebuah graha untuk menghormati Annai Velangkani yang dapat juga dijadikan sebagai pusat perziarahan bagi penduduk Keuskupan Agung Medan yang begitu terkesan dengan desain bangunan megah tersebut dan dengan dukungan penuh dari Uskup Agung Medan Mgr. Alfred Gonti Pius Datubara.
Graha Maria Annai Velangkanni kemudian diresmikan pada tanggal 1 Oktober 2005 oleh Uskup Agung Medan, Mgr. Alfred Gonti Pius Datubara OFMCap bersama Uskup Agung Koadjutor Mgr. Annicetus Antonius Sinaga OFMCap dengan dihadiri lebih dari 3000 orang dari berbagai kelompok etnis dan para peziarah asing.