Saut Poltak Tambunan, adalah seorang penulis cerita pendek, novel, skenario, puisi, kolom, artikel. Mantan PNS, tahun 1981 ikut mendirikan Himpunan Pengarang Indonesia AKSARA di Jakarta dan menjabat sebagai Ketua I dan juga menjadi Ketua Yayasan Pengarang AKSARA hingga sekarang. Oktober 2009 mendirikan Komunitas Kedailalang – Kedai Sastra Ide Kalimalang bersama Kurnia Effendi (KEF) dan teman-teman. Aktif menyelenggarakan workshop penulisan cerpen/novel dengan bukunya ’Kiat Sukses Menulis Novel’.
Terpilih menjadi peserta pembicara pada festival sastra internasiomal UWRF 2011 (Ubud Bali Writers & Readers Festival), dan pada UWRF 2012 diundang sebagai senior kurator.



Saut menyelesaikan/menerbitkan puluhan novel, ratusan cerita pendek/artikel dan skenario film/sinetron. Beberapa novelnya menjadi bestseller pada dekade tahun 80-an dan diangkat ke layar lebar, belakangan menjadi sinetron.
Berikut merupakan kumpulan novelnya yang pernah diangkat kedalam layar lebar:
- Hatiku Bukan Pualam,
- Harga Diri,
- Yang Perkasa, dan
- Jalur Bali,

Selain itu beberapa novel ada yang sudah tampil di sinetron. Antara lain, Jangan Ada Dusta dan Dia Ingin Anaknya Mati. Beberapa novel masih dalam penulisan skenario untuk sinetron, yaitu Harga Diri, Kembalikan Anakku, Lia Nathalia, Permata Hati. Termasuk 3 kumpulan cerpen Rinai Cinta Seorang Sahabat (1985), Lanteung (2004), Jangan Pergi, Jonggi (2005). Kumpulan cerpen ke-4 ’Tortor Orang Batak’ sedang dalam proses.

Sambil menjadi PNS ketika di Jakarta, sempat nyambi menjadi wartawan, editor dan penulis kolom ‘perilaku konsumen’ pada majalah Kartini termasuk ’penjaga gawang’ Departemen Buku Kartini. Juga sempat menjadi dosen pada Akademi Sekretaris Managemen Indonesia (ASMI) dan Akademi Maritim Indonesia (AMI) di Jakarta. Tahun 2008 menjadi co-writer dan editor untuk buku marketing managemen berjudul Launching.

Sejak 5 tahun terakhir ini beliau menulis beberapa buku Sastra kontemporer marhata Batak beberapa buku yang sangat populer,
- Si Tumoing Manggorga Ari Sogot,
- Si Tumoing Pasiding Holang Padimpos Holong,
- Mangongkal Holi*,
- Mandere Na Metmet,
- Metamor Horas,
- Don’t Go, Jonggi!
- Sengkarut Meja Makan,
- Masih Yang Dulu dan
- Kolecer & Hari Raya Hantu.
* Buku “Mangkongkal Holi” adalah kumpulan cerpen sastra modern pertama berbahasa Batak, sastra dengan thema konstekstual.
Hata batak semakin terpinggirkan oleh globalisasi dan perkembangan teknologi informasi yang bersifat “english heavy” faktanya, kian banyak anak muda Batak yang jarang bertutur dalam bahasa Ibu-nya. Kita berharap Hata Batak tidak termasuk bahasa yang terancam punah. Pendekatan budaya populer untuk mengembangkan Hata Batak akan cukup efektif.
Melestarihon budaya Batak di tingki on, nungnga gabe parungkilan na mansai ringkot laho sipingkiran ni sude Tokoh Batak didia pe nasida maringan, di Bona pasogit, di Tano parserakan – di bagas nang di luar negeri. Jadi buku on, mansai porlu do jahaon ni halak hita Batak, asa marhite on, ndang gabe larut hita di lingkungan-lingkungan pergaulan na lam tarbuka, nata pe i tongtong do haringkothononta hamajuon marpingkir dohot parbinotoan na torus mangalami modernisasi.
Walau beliau sebagai penulis juga memiliki suara emas tetapi tidak diteruskan untuk menjadi seorang penyanyi kertas dan pena yang lebih menarik perhatian kesabaran beliau.. “Panggilan hati” untuk menjadi penulis.
Saya mencoba merekam suara emasnya yang menyanyikan lagu berjudul “Kini Kusadari Sendiri”
Yetty Aritonang.
Beberapa foto hasil karya Saut Poltak Tambunan.