Tak dapat dipungkiri, akhir-akhir ini, jumlah orang Batak yang terjerat kasus di negeri ini semakin banyak. Sebut saja Miranda Gultom, Gayus Tambunan, Cirus Sinaga, Mindo Rosalina Manullang… Lantas, hal ini tentu membawa dampak yang kurang baik bagi Batak dan segala sesuatu tentang Batak. Bagaimana pandangan masyarakat mendengar marga-marga pelaku tersebut, kini mesti menjadi salah satu bahan renungan bagi kita semua.
Marga adalah identitas Batak, yang tidak bisa diganti dengan mudahnya, tidak bisa dihilangkan atau disangkal dan akan melekat hingga ajal. Namun, masalahnya adalah, kini, marga yang menjadi kebanggan itu, menjadi masalah yang menjadi masyarakat Batak malah dilabeli dengan citra buruk yang telah dicemari dengan kelakuan saudara-saudari kita tersebut. Terlepas dari itu, Batak yang mestinya bersifat rajani, kini tercemar citranya oleh hal ini.
Adalah suatu kewajiban bagi masyarakat Batak untuk menjaga warisan ini hingga mati, menjaga marga dan nama baik marga dengan baik. Marga yang adalah identitas itu, tidaklah semata-mata menjadi identitas diri saja, melainkan identitas sekumpulan orang Batak yang bernaung di bawahnya. Menjadi beban memang, namun bagaimana pun, tidak ada alas an untuk mempermalukan Batak dengan membubuhi citra buruk bagi marga yang kita sandang.
“Satu yang makan cempedak, semua kena getahnya.” Ini adalah salah satu peribahasa yang mesti diingat bagi segenap halak Batak. Karakter marga akan ditentukan oleh citra masing-maasing individu yang menyandangnya. Terlebih lagi, Batak dikenal sangat kokoh dalam ikatan darah, maka marga ini juga menjadi pengikat yang kuat. Tak hanya orang yang bermargakan marga yang sama dengan pelaku saja, namun semua orang Batak akan menanggung akibat dari kelakuan salah satu diantaranya.
Marga adalah beban dan tanggungjawab yang mesti disadari dan dijaga dengan baik. Marga adalah kunci dari kebanggaan Batak, yang sewaktu-waktu bisa menjadi aib bagi seluruh Batak. Haruskah kita menyalahkan mereka yang tidak mencantumkan marga dengan alasan malu dan demi image, atau haruskah kita mencantumkan marga kita, untuk kemudian kita jatuhkan harga diri dan martabat suku yang kita pegang teguh?
Saatnya untuk mengembalikan kehormatan Batak dan nilai Marga. Saatnya memulihkan nama baik Batak melalui karya-karya positif yang mendongkrak kehormatan kita. Hingga kehadiran kita dalam kancah dunia di segala bidang akan dipandang positif dan dinantikan.
Diinspirasi oleh analisadaily.com, terbitan 12 Mei 2012
[…] ini suatu kenyataan yang tak bisa disangkal. Bila dulu orang Batak dilarang melukai tanaman, menjaga dan menghormati pohon-pohon besar, maka kini, perambahana hutan […]
Horas Bangso Batak, saya ingin tahu info bagaimana bisa ikut bergabung untuk melestarikan budaya kita.
[…] Marga adalah identitas. Sampai-sampai kalau kamu bertemu dengan orang baru, pasti yang ditanyakan bukan […]