Acara Tradisi Pembaptisan Di Belanda Diwarnai Dengan Ulos Batak

0

Pada bulan Juni yang lalu saya berkesempatan menghadiri acara pembabtisan keluarga dari Mr Frans Jacobs Simanjuntak (Marga pemberian) yang tinggal di kota kecil Weert, Selatan Belanda. Suatu kesempatan yang tersendiri bagi saya untuk menyaksikan secara langsung acara pembaptisan tradisi Belanda. Kebetulan Mr Jakob menikah dengan boru Batak yang berasal dari kotaPematang Siantar, Diana boru Pakpahan. Dimana beliau saya panggil Namboru menurut silsilah (Tarombo) Batak.

Acara pembabtisan diadakan di Gereja ST.Francis of Assisi, Weert. Pada acara pembukaan Bapak Pendeta memberi kata-kata wejangan yang juga di kutip dari beberapa ayat alkitab. Harap pembaca maklumi karena saya kurang mengerti bahasa Belanda. Terlihat pada acara tersebut bapak Pendeta banyak memberi kata-kata humor dan nasehat, walaupun dilaksanakan secara sakral menurut ajaran Kristen tetapi begitu santai dan tidak formil. Pada waktu acara pembabtisan tersebut, ada tiga anak laki-laki dan mereka cucu dari Mr Jakobs dan juga ada dua anak dari keluarga lainnya yang turut dibaptiskan.

Kemudian bapak Pendeta membaptiskan anak-anak tersebut menurut ajaran Kristen. Setelah bapak Pendeta selesai membabtiskan mereka, uniknya nama dari anak-anak yang dibaptiskan tersebut ditulis di sepotong kulit kerang dan dipajangkan di ruang altar pembabtisan. Menurutnya ini tradisi asli dari kota Weert Propinsi Limburg, Belanda dan ini sudah berlangsung sejak ratusan tahun yang silam.

Selesai acara pembabtisan di gereja kemudian kami melanjutkan acara makan ala kadar nya di rumah keluarga Mr Jakobs. Tersedia hidangan perpaduan masakan tradisi Belanda dan Indonesia, dimana terlihat semua para tamu sangat menikmatinya Pada kesempatan tersebut saya juga memberikan sehelai ULOS Batak kepada ketiga bocah tersebut (Bere saya).

Yang mana sebagai tradisi adat Batak yang menyimbolkan kelak ketiga anak-anak tersebut menjadi anak yang sehat, cerdas, berbakti kepada kedua orang tuanya  terlebih kepada Tuhannya. Dimana terlihat saya para undangan orang-orang Belanda sangat tertarik dan kagum dengan Ulos Batak tersebut. Dengan desainnya yang begitu unik mereka begitu menyukainya dan bertanya–tanya apa makna dari ulos tersebut. Kemudian saya terangkan sedikit kepada mereka, dan mereka begitu respek serta terkagum-kagum akan arti dari Ulos tersebut.

Semoga tradisi Halak Batak ini dimana sajapun kita berada tidak terlupakan dan harus kita lestarikan. Terutama kepada generasi muda yang telah terlahir di luar tanah Batak . Agar kelak dikemudian hari ketika mereka menjadi dewasa tidak melupakan adat tradisi dari keluarga leluhurnya.

Horas ma dihita sude manangna didia pe hita maringanan. Manchester,England 16th July 2013

Previous articleLagu Rosita Mengguncang Negeri Kincir Angin, Pesta Bonanipasogit Gelar di Belanda.
Next articlePerkembangan Seluler di Indonesia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.